Minggu, 09 Desember 2012 0 komentar

Bawang Putih dan Engkong Ajaib


Ini adalah drama sosio, drama dengan pantun (katanya). Dan ini apa ya? Mending dibaca. So, selamat menikmati.

1.      Alif Ulfatin                              sebagai Mbok Tiri
2.      Bentara Lantana                    sebagai Engkong Ajaib dan Ayah Pangeran
3.      Elly Raheliyawati                   sebagai Bawang Merah
4.      Moch. Arief Maulana            sebagai Pangeran
5.      Yohanna Elisa Sianipar          sebagai Bawang Putih


Scene 1

Pada suatu masa, hiduplah seorang Mbok Tiri yang mempunyai anak. Bawang Merah dan Bawang Putih. Suatu hari, Bawang Putih sedang mengurus tanaman di depan rumahnya. Kemudian, Mbok Tiri dan Bawang Merah datang menghampirinya.

Mbok Tiri          : Hey! Bawang Putih! Cucian masih banyak di belakang, ngapain kamu nanam pohon kayak begituan?
Bawang Merah : Iya, ngapain coba? Penting gak sih? Penting banget apa penting aja?
Bawang Putih   : Emang situ oke?
Mbok Tiri          : Iya, kita oke. Masalah?
Bawang Merah : Masalah aja, apa masalah banget?
Bawang Putih   : Masalah dong!
                          Hari Minggu naik delman, sambil makan buah kedondong
                          Jika ingin hidup nyaman, cintai lingkungan dong
Bawang Merah : Beli apel sama jeruk satu ton, jangan lupa kembaliannya
                          Ngapain coba nanam pohon? Mending tidur aja

(Mbok Tiri dan Bawang Putih bergumam tidak jelas lalu pergi)
(Engkok Ajaib tiba-tiba datang menghampiri Bawang Putih)

Engkong Ajaib   : Hihihihi! Hai, Bawang Goreng! Eh, hai Bawang Bombai! Eh, hai Bawang Keputihan! Lagi nanam pohon ya? Pohon mangga apa duren? Apel apa jeruk? Hmm Dodik apa Topeng? Gue punya bibit nih, mau yang mana?
Bawang Putih   : (Hendak bicara)
Engkong Ajaib   : Eh jangan bicara dulu. Mau bibit yang mana? Mangga apa duren? Apel apa jeruk? Gimana kalau ‘maruk’? Kombinasi antara mangga dan jeruk? Nah, gimana kalau yang ini? Namanya durian suci. Mauu?
(Bawang Putih menerima bibit yang diberikan oleh Engkong Ajaib, lalu Engkong Ajaib pergi)
Bawang Putih   : Namamu…
Engkong Ajaib   : Sstt! Perkenalkan, namaku adalah Engkong Ajaib! Oh ya, satu lagi bawang keputihan. Jangan pernah memberikan bibit ini kepada siapapun, bahkan pada seekor komodo. Kecuali benar-benar dibutuhkan.

(Engkong Ajaib pun menghilang)
(Dari Kejauhan Bawang Merah berlari ke arah Bawang Putih)

Bawang Merah : Hey! Keputihan, tadi yang disini apaan? Terus itu apa yang ada di tanganmu?
Bawang Putih   : Ih! Mau tahu aja apa mau tahu banget?
Bawang Merah : Serahin ke gue sini! Cepet!
Bawang Putih   : Eh ada upil terbang! (Menunjuk ke arah atas lalu kabur)

(Kemudian Bawang Putih menanam bibit durian suci tersebut di suatu tempat yang tidak diketahui oleh Mbok Tiri dan Bawang Merah)

Scene 2

Suatu malam, saat seorang Pangeran sedang asyik bermain lompat tali, Pangeran mendengar ayahnya menjerit kesakitan dari kamarnya.

Ayah Pangeran : Anakku! Anakku! ANAKKU!
Pangeran          : Ada apa Ayahku? Siapa yang berani melakukan semua hal ini padamu Ayah? Beraninya dia melakukan hal ini. Katakan padaku Ayah, siapa orangnya?
Ayah Pangeran : Entahlah, nak.
Pangeran          : Baik, Ayah. Aku akan mencari “Entahlah” sekarang juga.
Ayah Pangeran : Bukan, bodoh! Ayah tidak tahu siapa yang melakukannya. Tapi, carilah biji durian suci untuk menyembuhkan penyakit ini.
Pangeran          : Mencari guci di toko guci, mencari mangga di toko mangga
                          Jika aku harus mencari durian suci, aku harus mencari kemana?
Ayah Pangeran : Alam baka!
Pangeran          : Plaaaak! (Menampar pipi ayahnya) Baiklah, Ayah. Aku akan menemukan durian suci itu segera.

Scene 3

Keesokan harinya, Pangeran memberi pengumuman berita kepada rakyatnya tentang ayahnya yang terjatuh sakit.

Pangeran          : Raja telah disantet. Seseorang telah menyantet Raja. Bagaimana ini bisa terjadi? Entahlah. Barang siapa yang dapat menemukan durian suci untuk menyembuhkan Raja. Maka dia akan menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Jika anda tahu soal tanaman itu, hubungi nomor di bawah ini.

(Bawang Merah yang mendengar berita itu langsung mencari tanaman durian suci itu. Tidak lama kemudian, Bawang Merah menemukan tanaman itu. Kemudian, Bawang Merah langsung mengambil ponselnya dan menelpon Pangeran)

Bawang Merah : Halo, Pangeran? Saya tahu dimana tanaman itu berada!
Pangeran          : Sumpeh lo?
Bawang Merah : Mau sumpeh aja apa sumpeh banget?
Pangeran          : Sumpeh banget lo?
Bawang Merah : Iya, cepet kesini deh, Pangeran.
(Pangeran datang di rumah Bawang Merah)
Pangeran          : Kau yakin itu tanamannya?
Bawang Merah : (Mengangguk)
Pangeran          : Lalu, cabutkanlah tanaman itu untukku sekarang juga
Bawang Merah : (Mencoba mencabut tanaman tapi tidak bisa)
(Seketika Bawang Putih datang dan menghentikan Bawang Merah)
Bawang Putih   : Hentikan, wanita! Emang elo dan elo merasa oke?
Pangeran          : Ha? Siapa kau?
Bawang Putih   : Afikaa! Iya gak lah, Bawang Putih! Pemilik tanaman ini.
Bawang Merah : Tidak Pangeran, ini milikku!

Mbok Tiri          :  Mau ke Bali lewat Bungurasih, jalan-jalan ketemu bule.
                          Ada apa sih? Kok rame-rame?
Bawang Merah : Tanaman ini milikku kan Mbok?
Mbok Tiri          : Haah? (Kaget karena tidak tahu apa-apa)
Bawang Merah : (Menginjak kaki si Mbok) Ini milikku kan?
Mbok Tiri          : Aduh! Iya, Iya nak!

(Tiba-tiba Engkong Ajaib datang, selalu tiba-tiba)

Engkong Ajaib   : Hentikan! Tanaman ini milik Bawang Putih. Dua orang ini adalah pembohong…
Pangeran          : Apakah buktinya peri?
Engkong Ajaib   : Gue bukan peri, tapi Engkong Ajaib. Bawang Merah atau Mbok Tiri tidak bisa mencabut tanaman itu. Tapi, Bawang Putih bisa mencabutnya. Cabutlah tanaman itu, tapi ingat dengan pesanku waktu itu.

(Tiba-tiba Engkong Ajaib menghilang, selalu tiba-tiba)

Bawang Putih   : Lihat nih! (Mencabut tanaman durian suci dengan mudah)
Pangeran          : Sekarang berikanlah padaku.
Bawang Putih   : Tidak!
Pangeran          : Tolonglah Bawang Putih! Ayahku sedang koma sekarang, dan aku butuh tanaman itu untuk menyembuhkan penyakitnya. Jika kau memberikan tanaman itu, aku akan memberikan lima keuntungan!
Bawang Putih   : Baiklah, tapi dengan satu syarat. Kau harus bisa menanam seribu pohon dalam satu hari satu malam.
Pangeran          : Baiklah, aku akan melakukannya.

Scene 4

Keesokan harinya, saat pagi hari, Pangeran sudah menanam banyak pohon. Dengan keringat sebesar bola basket, Pangeran terus menanam pohon tanpa berhenti sedetik pun.
(Pangeran menggambar pohon di papan tulis.)

 

(Gambar pohon) x 103
Setelah 1000 pohon itu selesai ditanam, kemudian Pangeran capek dan tertidur. Karena Bawang Putih takut melanggar janjinya, maka dia mencabut tiga pohon saat Pangeran terlelap tidur.
 

    (Gambar pohon) x 103 - 3
Pada saat matahari terbit, Pangeran pun bangun dari tidurnya. Dia menyadari seseorang telah mencabut pohon yang telah ditanamnya. Bawang Putih terlihat mengendap-endap pergi dari tempat Pangeran berada, sedangkan Bawang Merah dan Mbok Tiri mengikuti Bawang Putih secara diam-diam.
Pangeran          : Kalian?
Bawang Merah : Dia yang telah mencabutnya Pangeran!
Bawang Putih   : Tidak, dia yang telah menyabutnya.
Pangeran          : Diamlah! Aku akan mengutuk kalian semua menjadi pohon!
                          “Expecto patronum!”
Bawang Putih, Bawang Merah dan Mbok Tiri pun berubah menjadi pohon. Sekarang, jumlah pohon itu kembali menjadi 1000 pohon. Pangeran mengambil tanaman durian suci dari tangan Bawang Putih.
Kemudian, Pangeran berhasil menyembuhkan ayahnya. Lalu, Pangeran mengajak ayahnya berjalan-jalan. Dan melihat 1000 pohon yang telah ditanam anaknya.
Ayah                : Hey! Kalian, kalian, kalian. Dramanya sudah selesai! Yuks, cabut!
Selesai

 
;