Ini adalah drama sosio, drama dengan pantun (katanya). Dan ini apa ya? Mending dibaca. So, selamat menikmati.
1.
Alif Ulfatin sebagai Mbok Tiri
2.
Bentara Lantana sebagai Engkong Ajaib dan Ayah Pangeran
3.
Elly Raheliyawati sebagai Bawang Merah
4.
Moch. Arief Maulana sebagai Pangeran
5.
Yohanna Elisa Sianipar sebagai Bawang
Putih
Scene 1
Pada suatu masa, hiduplah seorang Mbok Tiri yang mempunyai anak. Bawang
Merah dan Bawang Putih. Suatu hari, Bawang Putih sedang mengurus tanaman di
depan rumahnya. Kemudian, Mbok Tiri dan Bawang Merah datang menghampirinya.
Mbok
Tiri : Hey! Bawang Putih! Cucian
masih banyak di belakang, ngapain kamu nanam pohon kayak begituan?
Bawang
Merah : Iya, ngapain coba? Penting gak
sih? Penting banget apa penting aja?
Bawang
Putih : Emang situ oke?
Mbok
Tiri : Iya, kita oke. Masalah?
Bawang
Merah : Masalah aja, apa masalah banget?
Bawang
Putih : Masalah dong!
Hari Minggu naik
delman, sambil makan buah kedondong
Jika ingin hidup
nyaman, cintai lingkungan dong
Bawang
Merah : Beli apel sama jeruk satu ton,
jangan lupa kembaliannya
Ngapain coba nanam
pohon? Mending tidur aja
(Mbok Tiri dan
Bawang Putih bergumam tidak jelas lalu pergi)
(Engkok Ajaib
tiba-tiba datang menghampiri Bawang Putih)
Engkong Ajaib :
Hihihihi! Hai, Bawang Goreng! Eh, hai Bawang Bombai! Eh, hai Bawang Keputihan!
Lagi nanam pohon ya? Pohon mangga apa duren? Apel apa jeruk? Hmm Dodik apa
Topeng? Gue punya bibit nih, mau yang mana?
Bawang Putih : (Hendak bicara)
Engkong Ajaib : Eh
jangan bicara dulu. Mau bibit yang mana? Mangga apa duren? Apel apa jeruk?
Gimana kalau ‘maruk’? Kombinasi antara mangga dan jeruk? Nah, gimana kalau yang
ini? Namanya durian suci. Mauu?
(Bawang Putih
menerima bibit yang diberikan oleh Engkong Ajaib, lalu Engkong Ajaib pergi)
Bawang Putih : Namamu…
Engkong Ajaib : Sstt! Perkenalkan, namaku adalah Engkong
Ajaib! Oh ya, satu lagi bawang keputihan. Jangan pernah memberikan bibit ini
kepada siapapun, bahkan pada seekor komodo. Kecuali benar-benar dibutuhkan.
(Engkong Ajaib pun
menghilang)
(Dari Kejauhan
Bawang Merah berlari ke arah Bawang Putih)
Bawang Merah : Hey!
Keputihan, tadi yang disini apaan? Terus itu apa yang ada di tanganmu?
Bawang Putih : Ih! Mau
tahu aja apa mau tahu banget?
Bawang Merah : Serahin
ke gue sini! Cepet!
Bawang Putih : Eh ada
upil terbang! (Menunjuk ke arah atas lalu
kabur)
(Kemudian Bawang Putih menanam bibit durian suci
tersebut di suatu tempat yang tidak diketahui oleh Mbok Tiri dan Bawang Merah)
Scene 2
Suatu malam, saat
seorang Pangeran sedang asyik bermain lompat tali, Pangeran mendengar ayahnya
menjerit kesakitan dari kamarnya.
Ayah Pangeran : Anakku!
Anakku! ANAKKU!
Pangeran : Ada
apa Ayahku? Siapa yang berani melakukan semua hal ini padamu Ayah? Beraninya
dia melakukan hal ini. Katakan padaku Ayah, siapa orangnya?
Ayah Pangeran :
Entahlah, nak.
Pangeran :
Baik, Ayah. Aku akan mencari “Entahlah” sekarang juga.
Ayah Pangeran : Bukan,
bodoh! Ayah tidak tahu siapa yang melakukannya. Tapi, carilah biji durian suci
untuk menyembuhkan penyakit ini.
Pangeran :
Mencari guci di toko guci, mencari mangga di toko mangga
Jika
aku harus mencari durian suci, aku harus mencari kemana?
Ayah Pangeran : Alam
baka!
Pangeran : Plaaaak! (Menampar pipi ayahnya) Baiklah,
Ayah. Aku akan menemukan durian suci itu segera.
Scene 3
Keesokan harinya,
Pangeran memberi pengumuman berita kepada rakyatnya tentang ayahnya yang
terjatuh sakit.
Pangeran : Raja
telah disantet. Seseorang telah menyantet Raja. Bagaimana ini bisa terjadi?
Entahlah. Barang siapa yang dapat menemukan durian suci untuk menyembuhkan
Raja. Maka dia akan menjadi bagian dari keluarga kerajaan. Jika anda tahu soal
tanaman itu, hubungi nomor di bawah ini.
(Bawang Merah yang mendengar berita itu langsung mencari
tanaman durian suci itu. Tidak lama kemudian, Bawang Merah menemukan tanaman
itu. Kemudian, Bawang Merah langsung mengambil ponselnya dan menelpon Pangeran)
Bawang Merah : Halo, Pangeran?
Saya tahu dimana tanaman itu berada!
Pangeran :
Sumpeh lo?
Bawang Merah : Mau
sumpeh aja apa sumpeh banget?
Pangeran :
Sumpeh banget lo?
Bawang Merah : Iya,
cepet kesini deh, Pangeran.
(Pangeran datang di
rumah Bawang Merah)
Pangeran : Kau
yakin itu tanamannya?
Bawang Merah : (Mengangguk)
Pangeran :
Lalu, cabutkanlah tanaman itu untukku sekarang juga
Bawang Merah : (Mencoba
mencabut tanaman tapi tidak bisa)
(Seketika Bawang
Putih datang dan menghentikan Bawang Merah)
Bawang Putih :
Hentikan, wanita! Emang elo dan elo merasa oke?
Pangeran : Ha?
Siapa kau?
Bawang Putih : Afikaa!
Iya gak lah, Bawang Putih! Pemilik tanaman ini.
Bawang Merah : Tidak
Pangeran, ini milikku!
Mbok Tiri : Mau ke Bali lewat Bungurasih, jalan-jalan
ketemu bule.
Ada
apa sih? Kok rame-rame?
Bawang Merah : Tanaman
ini milikku kan Mbok?
Mbok Tiri :
Haah? (Kaget karena tidak tahu apa-apa)
Bawang Merah : (Menginjak kaki si Mbok) Ini milikku
kan?
Mbok Tiri :
Aduh! Iya, Iya nak!
(Tiba-tiba Engkong
Ajaib datang, selalu tiba-tiba)
Engkong Ajaib :
Hentikan! Tanaman ini milik Bawang Putih. Dua orang ini adalah pembohong…
Pangeran :
Apakah buktinya peri?
Engkong Ajaib : Gue
bukan peri, tapi Engkong Ajaib. Bawang Merah atau Mbok Tiri tidak bisa mencabut
tanaman itu. Tapi, Bawang Putih bisa mencabutnya. Cabutlah tanaman itu, tapi
ingat dengan pesanku waktu itu.
(Tiba-tiba Engkong
Ajaib menghilang, selalu tiba-tiba)
Bawang Putih : Lihat
nih! (Mencabut tanaman durian suci dengan
mudah)
Pangeran :
Sekarang berikanlah padaku.
Bawang Putih : Tidak!
Pangeran :
Tolonglah Bawang Putih! Ayahku sedang koma sekarang, dan aku butuh tanaman itu
untuk menyembuhkan penyakitnya. Jika kau memberikan tanaman itu, aku akan
memberikan lima keuntungan!
Bawang Putih :
Baiklah, tapi dengan satu syarat. Kau harus bisa menanam seribu pohon dalam
satu hari satu malam.
Pangeran :
Baiklah, aku akan melakukannya.
Scene 4
Keesokan harinya,
saat pagi hari, Pangeran sudah menanam banyak pohon. Dengan keringat sebesar
bola basket, Pangeran terus menanam pohon tanpa berhenti sedetik pun.
(Pangeran menggambar pohon di papan tulis.)
(Gambar pohon) x 103
Setelah 1000 pohon
itu selesai ditanam, kemudian Pangeran capek dan tertidur. Karena Bawang Putih
takut melanggar janjinya, maka dia mencabut tiga pohon saat Pangeran terlelap
tidur.
(Gambar pohon) x 103 - 3
Pada saat matahari
terbit, Pangeran pun bangun dari tidurnya. Dia menyadari seseorang telah
mencabut pohon yang telah ditanamnya. Bawang Putih terlihat mengendap-endap
pergi dari tempat Pangeran berada, sedangkan Bawang Merah dan Mbok Tiri
mengikuti Bawang Putih secara diam-diam.
Pangeran : Kalian?
Bawang
Merah : Dia yang telah mencabutnya
Pangeran!
Bawang
Putih : Tidak, dia yang telah
menyabutnya.
Pangeran : Diamlah! Aku akan mengutuk kalian
semua menjadi pohon!
“Expecto patronum!”
Bawang Putih, Bawang
Merah dan Mbok Tiri pun berubah menjadi pohon. Sekarang, jumlah pohon itu
kembali menjadi 1000 pohon. Pangeran mengambil tanaman durian suci dari tangan
Bawang Putih.
Kemudian, Pangeran
berhasil menyembuhkan ayahnya. Lalu, Pangeran mengajak ayahnya berjalan-jalan.
Dan melihat 1000 pohon yang telah ditanam anaknya.
Ayah :
Hey! Kalian, kalian, kalian. Dramanya sudah selesai! Yuks, cabut!
Selesai