Sabtu, 13 Agustus 2016

Tetangga Masa Gitu

Sebelum jauh, gue cuma mau memperingatkan bahwa catatan ini isinya untuk ngebongkar aib orang. Singkatnya, ini ghibah. Jadi, kalau belum siap mendengar kenistaan tetangga-tetangga gue, hendaklah kalian tutup catatan ini sesegera mungkin.

Terima kasih.

Struktur bangunan rumah gue yang ada di Surabaya (dan cuma ada di Surabaya) itu seperti kereta api, memanjang ke belakang. Di samping kiri rumah, ada beberapa kamar indekos yang jumlahnya ada lima biji.

Yang pertama, di mulai dari kamar paling depan, kamar indekos disewa oleh seorang pria mid-20s, kerjanya di seberang jalan raya. Kira-kira kalau jam masuk kerjanya jam 7 pagi, dia masih bisa sikat gigi tampan dulu jam 06:55, saking deketnya. Orangnya diem, saking diemnya kalau tidur pun gak pernah mau diajak ngobrol.

Combonk qm, mz.

Dia satu-satunya yang gue anggap manusia…. bhaique-bhaique (jika dibandingkan penghuni indekos yang lain). Tidak pernah berulah, membuat masalah, atau membuat kesengsaraan. Yang paling penting, selalu teratur dan gak molor waktu membayar tagihan bulanan.

Yang kedua, kamar yang satu ini isinya kumpulan laki-laki perantauan. Kalau malam minggu, mereka suka ngajak orang lain untuk bercanda ke dalem kamar dengan pintu yang terbuka lebar dan dinding yang dirobohkan. Keras banget ngomongnya, sampai-sampai mengalahkan toa masjid. Menggelegar ke seluruh penjuru dunia. Bedanya kalau toa masjid itu mengundang kebaikan untuk orang melakukan ibadah sholat, kalau para lelaki ini mengundang kebaikan untuk orang berlomba-lomba untuk nabrak mulut mereka pake ban mobil. Terus dibakar dah bannya.

Kalian masih ingat film tentang ibu juragan yang suka merokok dan punya jurus auman singa yang bisa memorak-porandakan rumah di film Kungfu Hustle, gak? Iya, para laki-laki ini adalah Yuen Qiu di film itu namun versi jantan.

Ditambah lagi waktu hari libur seperti Sabtu dan Minggu, mereka pagi-pagi udah bangun nyalain lagu pakai pengeras suara. Volume-nya dibesarin, pintu kamarnya dibuka. Suaranya mengarah ke rumah. Setelah itu, gue minta tolong tetangga lain berbondong-bondong mengarak mereka ke laut untuk dijadikan tumbal pesugihan. Gue gak mempermasalahkan lagunya, tapi volumenya mas tolong ya dikecilkan kuping aku rapuh dan gampang berdarah jika setiap minggu mendengar lagu-lagu kacangan seperti itu.

Pengen banget suatu hari gue bilangin bahwa ini bukan hutan. Di sini pohon udah jarang, jalan sudah diaspal, peradaban semakin maju. Kebahagiaanmu bukan berarti kebahagiaan orang lain, wahai saudaraku. Di mana bumi dipijak, di situ jangan seenaknya sendiri. Mereka adalah 1 dari 10 manusia yang menurut gue sering dapat teguran dari pemilik indekos.

Dih, pantes, kelen pasti diusir kan dari tanah kelahiran! *kabur* 

Yang ketiga, tetangga yang paling parah. Pada suatu hari, hiduplah seorang wanita yang usianya memasuki kepala empat. Kayak naga gitu bentuknya—kepala empat dan suka nyembur. (Soal umur gue pun tak begitu yakin, besok-besok kalau ada waktu gue mau memfoto dia pake kamera yang bisa mendeteksi umur dan zodiak). Kerjanya juga di seberang jalan raya, di sebuah tempat makan. Drama mulu hidupnya, tapi gak ada Korea-nya. Dia sering gonta-ganti pasangan. Dulu, ketika awal masuk perindekosan (ceilah), dia membawa seorang suami yang tingginya sama. Cek-cok mulu, seperti pasangan Married by Accident, yang artinya nikah karena tabrakan.

Setelah beberapa tahun, gue yakin si laki-laki ini gak tahan sama si wanita dan memutuskan untuk pergi. Akhirnya, setelah pergi, si wanita sering bawa lelaki kardus ke dalam kamar kalau malem minggu pada pukul 11 malam. Iya, sampe hapal banget gue jadwalnya. Lelaki kardus yang dimaksud di sini adalah kardus, yang isinya laki-laki kencrot.

Gak ada setahun, dia sudah membawa laki-laki lain, yang gue asumsikan sebagai pasangan serius untuk tinggal di indekos bersamanya. Bodo amat udah nikah apa belum, yang penting jangan nunggak bayarnya. Ini nih, problematika orang indekos. Apa-apa nanti, apa-apa nunggu bulan depan. Pernah sampai nunggak dua bulan, si wanita ini dikunci sama mamak gue dari luar. Kejem ya mamak gue ternyata. Usut punya usut, ternyata dikuncinya pas si wanita ini sedang keluar kamar indekos.

Jadi waktu itu kejadiannya dia lagi mandi (kamar mandi luar), terus mamak gue jalan berjinjit, mengendap masuk ke dalam kamar dan mengunci dari luar. Terus kuncinya dibuang ke sumur. Biar dia loncat dan berenang ke dalem sumur belakang rumah yang banyak buayanya itu. Kalau emang dia gak nemu buaya, ya berarti dia sendiri buayanya. Emang ngeselin sih nih orang. Tapi sehabis mandi itu, dia nangis-nangis supaya boleh masuk kamar dan janji bayar uang sewa secepatnya.

Dia membawa banyak sensasi dan kontroversi ke dalam hidup gue, lah iya orang kita tinggal sebelahan. Ibaratnya, kalau gue jatuh dari kasur waktu tidur, bangun-bangun gue bisa ada di kamarnya dia. Wkwk lhebay

Si wanita berbadan emak-emak ini suka pake minyak wangi. Masih mending satu atau dua jenis, semua jenis minyak wangi yang di jual di jalanan pernah dibeli sama dia. Entah itu minyak wangi atau minyak firdaus yang dibalurkan ke badan. Sampe-sampe, kamar indekosnya bau racun. Baunya kecampur-campur, semacam kaus kaki yang lembab dikasih Kispray. Ya gak enak lah, mbak. Lama-lama aku tepok juga nih jidat sampean pake palu. Jadi, kalau mau lewat depan kamar si wanita ini, harus pake penutup mulut, jangan bernapas, atau kalau bisa berjalan merayap di atas langit-langit sekalian. Masyaallah, baunya sengak ampun-ampunan.

Dia ini wanita satu-satunya di indekos, jadi berasa seperti ratu. Suka teriak-teriak kalau lagi cek-cok sama suaminya. Iya, bahkan sama suami baru masih tetep bertengkar. Aku daftarin tanding tinju di atas air mampus kamu mbak! Susah hidup sama ini orang, kalau gue jadi suaminya, gue akan mengikat dia pakai tampar timba sumur ala-ala Fifty Shades of Grey lalu gue bakar deh kasurnya waktu tidur.

Lucunya, dia kalo marah sambil nyanyi.

Baru-baru ini, sepasang suami-istri ini lagi kongkow di sumur belakang rumah. Suara si wanita udah kaya terompet sangkakala, udah cempreng, keras, kedenger sama gue lagi.

“LAH INI ADA BIBIR DI KAOSMU, HA! APA? MASIH NGEYEL?” teriak si wanita.

Si laki diem aja. Wanita zaman sekarang kan emang gitu, semakin dibales, semakin beringaslah dia.

Sejenak kemudian, dia nyanyi lagu yang gue gak tahu apa judulnya. Dangdut abis.

“Lalu untuk apa kau memanggilku woooo... tiba-tiba, kau minta maaf padaku…”

“GAUSAH PEGANG-PEGANG!” sembari terdengar suara gamparan tangan pada lengan laki-laki.

Nyayi lagi. “Aku ingin kau pergi dari dalam hidupku…”

Si laki ini, gue asumsikan, sedang duduk di tepi sumur dan siap lahir batin untuk dijedotin palanya sampe mampus. Rada ngeselin hati ya, mereka yang punya masalah, orang lain yang ikut keganggu. Satu lagi kebiasaan yang menurut gue buruk, dia kalau mandi selalu pakai kemben batik seperti perawan desa yang suka mandi di balik batu sungai. Ya kali mbak, udah tahu kamar mandinya di luar angkasa, masih aja pamer aurat sambil lari-larian dengan rambut yang masih basah. Dipelorot kucing nangis kamu.

Yang gue suka dari wanita ini, adalah dia suka bawa makanan dari tempat makan untuk dibagi-bagikan ke rumah meski jarang. Udah, segitu aja pujiannya. Kalau mau pujian yang panjang, silahkan datang ke masjid dan mushola terdekat. Banyak. Lima kali sehari.

Hikmah dari tulisan ini adalah… gak ada. Orang ini ghibah, mana ada hikmah dibalik ghibah. Lah, sewot.

Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;